EAR MUSHROOMS IS FULL OF USEFULNESS

Tuesday, August 17, 2010


    In the rainy season, many different types of ear mushrooms growing on the rotted wood. These are mushrooms that can be consumed. However, there are wood mushrooms that are poisonous. One of the fungi found on the food menu is ear mushroom (Auricularia Sp). This mushroom is considered and known as the the longest wooden mushrooms that have been consumed.

This mushroom shape like ear (ear), an old brown to nearly black. These fungi usually grow clustered and clung on rotting wood, skins of dead tree or wooden fence. In the market, this mushroom is sold in dry form.

There are two types of ear mushroom, which is a black fungus (Auricularia polytricha) and red (Auricularia auricula judae). The black one shaped like ears, its purplish black, and live stick on wet and humid wood. This type is cultivated inChina, Thailand, and several countries in the Indochina region.

Auricularia auricula judae is larger size than black mushroom, and the color is slightly reddish. The most common of this type is cultivated in Indonesia, Malaysia and other Asian regions. Fresh mushrooms generally contain 85-89 percent water. Relatively low fat content between 1.08 to 9.4 percent (dry weight) is comprised of free fatty acid mono ditriglieserida, sterols, and phoshpolipida. Carbohydrates exist in the form of glycogen, chitin, and a polymer of N-acetyl glikosamin which is a structural component of fungal cell. Mushrooms are also a source of vitamins such as thiamin, niacin, biotin and ascorbic acid. Fungi are generally rich in minerals, especially phosphorus, other minerals of which contained calcium and iron.

Besides its usefulness as a food ingredient, mushroom also serves as food thickeners and cellulose materials. Tionghoa people since long ago until today still believe that slime of mushroom is functioned to neutralize harmful compounds contained in food.

No wonder if there is some kind of food which consists of many food ingredients is added with mushroom. The objective is to neutralize the poison if there is in one of the material.

An American researcher, Dr. Dale Hammerschmidt of Minnesota Medical School said, ear mushroom, if presented in a daily menu can reduce the blood thicken problem and can help the blood circulation.

In traditional Chinese medicine, ear mushroom efficacious to cure some diseases. According to Prof. Zhao Guang Hung, in his paper on lifestyle of middle age people and old people, ear mushroom very beneficial for the treatment of coronary heart disease.

Hung revealed, ear black mushroom is good to lowering blood viscosity and to avoid blockage of blood vessels, especially in the brain. Blood viscosity can be overcome by eating mushroom as much as 50-10 grams daily. So, one kilogram of mushroom can be consumed within 100-200 days. ''It could be mixed into the mushroom or other vegetable soup,''wrote Hung.

He revealed the experience of his patients in Taiwan who recovered from heart coronary and avoid by-pass surgery with using ear black mushroom. Boil mushroom 10 grams, 40 grams of lean meat (lean meat), three slices of ginger, five cloves of garlic, and six bowls of water. It all boiled until the water remaining two bowls, then added a little salt. The water is taken once daily for 45 days.
 
 
 
BAHASA INDONESIA TRANSLATED :
 


      Di musim penghujan, banyak tumbuh berbagai jenis jamur di atas kayu lapuk. Jamur-jamur ini ada yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat. Namun, ada pula jamur kayu yang sifatnya beracun. Salah satu dari jamur yang terdapat pada menu makanan adalah jamur kuping (Auricularia Sp). Jamur ini tergolong jamur kayu yang paling lama dikenal untuk dikonsumsi.
 
Bentuk jamur kuping ini seperti kuping (telinga), berwarna kecokelatan tua hingga hitam. Biasanya jamur ini tumbuh bergerombol dan menempel pada kayu lapuk, kulit-kulit pohon mati atau pagar kayu. Selain tumbuh liar, jamur kuping pun mudah dibudidayakan. Di pasaran, jamur kuping ini djual dalam bentuk kering.
 
Jamur kuping ada dua jenis, yaitu jamur berwarna hitam (Auricularia polytricha) dan berwarna merah (Auricularia auricula judae). Yang berwarna hitam berbentuk seperti daun telinga, berwarna hitam keunguan, dan hidup menempel pada kayu yang cukup basah dan lembab. Jamur jenis ini banyak dibudidayakan di Cina, Thailand, dan beberapa negara di kawasan Indocina.
 
Auricularia auricula judae berukuran lebih besar dari jamur kuping hitam, dan warnanya sedikit kemerahan. Jenis ini paling umum dibudidayakan di Indonesia, Malaysia, dan kawasan Asia lainnya. Jamur segar umumnya mengandung 85-89 persen air. Kandungan lemak cukup rendah antara 1,08-9,4 persen (berat kering) terdiri atas asam lemak bebas mono ditriglieserida, sterol, dan phoshpolipida. Karbohidrat ada dalam bentuk glikogen, khitin, dan sebuah polimer N-asetil glikosamin yang merupakan komponen struktural sel jamur. Jamur juga merupakan sumber vitamin antara lain thiamin, niacin, biotin dan asam askorbat. Jamur umumnya kaya akan mineral terutama phosphor, mineral lain yang dikandung di antaranya kalsium dan zat besi.
 
Di samping kegunaannya sebagai salah satu bahan makanan, jamur kuping juga berfungsi sebagai bahan pengental makanan dan penetral. Orang Tionghoa sejak dulu hingga saat ini masih percaya bahwa lendir jamur kuping berkhasiat menetralkan senyawa berbahaya yang terdapat dalam makanan.
 
Tidak heran jika ada beberapa jenis makanan yang terdiri atas banyak bahan pangan selalu ditambahkan jamur kuping. Tujuannya untuk menetralkan racun jika ada dalam salah satu bahan tadi.
 
Seorang peneliti Amerika, Dr Dale Hammerschmidt dari Minnesota Medical School mengatakan, jamur kuping jika disajikan dalam menu makanan sehari-hari berkhasiat melancarkan peredaran darah dalam tubuh.
 
Dalam ilmu pengobatan tradisional Cina, jamur kuping berkhasiat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Menurut Prof Hung Zhao Guang, dalam makalahnya tentang gaya hidup warga usia pertengahan dan lanjut usia yang dialihbahasakan oleh Suryono Limputra di Perkumpulan Pancaran Hidup Jakarta, jamur kuping sangat bermanfaat bagi pengobatan jantung koroner.
 
Hung mengungkapkan, jamur kuping hitam berkhasiat menurunkan kekentalan darah dan menghindari penyumbatan pembuluh darah, terutama di otak. Kekentalan darah ini dapat diatasi dengan mengonsumsi jamur kuping setiap hari sebanyak 5-10 gram. Jadi, satu kilogram jamur kuping bisa dikonsumsi dalam 100-200 hari. ''Bisa saja jamur itu dicampurkan dalam sup atau sayuran lainnya,'' tulis Hung.
 
Dia membeberkan pengalaman pasiennya di Taiwan yang sembuh dari jantung koroner dan terhindar dari operasi by pass dengan menggunakan jamur kuping hitam. Meraciknya dengan cara merebus 10 gram jamur kuping, 40 gram daging kurus (lean meat), tiga iris jahe, lima siung bawang, dan enam mangkuk air. Itu semua direbus hingga airnya tersisa dua mangkuk, lalu ditambahkan sedikit garam. Airnya diminum setiap hari sekali selama 45 hari.

0 comments:

Post a Comment

 
 
 

Counter

Yuni